Keutamaan dan Etika Bekerja dalam Islam
Bekerja merupakan bagian penting dalam kehidupan manusia. Islam memandang pekerjaan bukan hanya sebagai upaya memenuhi kebutuhan hidup, tetapi juga sebagai ibadah yang mendekatkan seorang hamba kepada Allah Ta’ala. Pekerjaan yang dilakukan dengan niat yang benar dan cara yang halal memiliki nilai luhur dan menjadi jalan meraih ridha Allah serta keberkahan hidup di dunia dan akhirat.
Keutamaan Bekerja dalam Islam
Imam al-Ghazali dalam Mukhtasar Ihya’ al-Ulum al-din mengutip sejumlah hadis terkait keutamaan bekerja dalam Islam. Dalam sebuah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam beliau bersabda:
التَّاجِرُ الصَّدُوقُ يُحْشَرُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مَعَ الصِّدِّيقِينَ وَالشُّهَدَاءِ
“Seorang pedagang yang jujur pada hari kiamat nanti akan dikumpulkan bersama para shiddiqin dan syuhada.” (HR. Tirmidzi)
Rasulullah ﷺ menegaskan bahwa bekerja merupakan bagian dari ibadah yang mulia. Hadis ini menunjukkan bahwa kejujuran dan amanah dalam bekerja akan meninggikan derajat seorang Muslim hingga sejajar dengan golongan yang mulia di sisi Allah. Bahkan disebutkan pula dalam riwayat lain, “Sesungguhnya Allah sangat mencintai orang mukmin yang bekerja dengan keterampilan tangannya.”
Selain itu, Islam mengajarkan agar umatnya tidak bergantung pada orang lain dengan meminta-minta. Nabi ﷺ menegaskan bahwa bekerja lebih utama dibandingkan meminta-minta, kecuali bagi mereka yang memang memiliki tanggung jawab khusus mengurus kemaslahatan umat.
Etika Bekerja dan Bermuamalah

Etika dalam bekerja sangat ditekankan dalam Islam. Hal ini mencakup sikap jujur, adil, serta menghindari segala bentuk penipuan. Allah Ta’ala memperingatkan keras bagi mereka yang curang dalam takaran dan timbangan:
وَيْلٌ لِّلْمُطَفِّفِينَ١
“Kecelakaan besarlah bagi orang-orang yang curang (dalam timbangan dan takaran).” (QS. Al-Muthaffifin: 1)
Kecurangan dalam perdagangan, seperti menyembunyikan cacat barang atau menimbun kebutuhan pokok untuk keuntungan sepihak, merupakan bentuk kezaliman yang diharamkan. Rasulullah ﷺ bahkan mendoakan kebaikan bagi orang yang mempermudah urusan jual beli:
رَحِمَ اللَّهُ امْرَأً سهل البيع سهل الشراء سهل القضاء
“Semoga Allah merahmati seseorang yang mudah dalam menjual, mudah dalam membeli, dan mudah dalam menagih (utang).” (HR. Bukhari)
Dari doa ini jelas bahwa kemudahan, kejujuran, dan kelapangan dada dalam muamalah menjadi salah satu jalan meraih keberkahan.
Keseimbangan Dunia dan Akhirat
Islam tidak melarang umatnya untuk berdagang atau bekerja, tetapi pekerjaan tidak boleh melalaikan dari kewajiban ibadah kepada Allah. Al-Qur’an menegaskan:
رِجَالٌ لَا تُلْهِيهِمْ تِجَارَةٌ وَلَا بَيْعٌ عَن ذِكْرِ اللَّهِ ٣٧
“Laki-laki yang tidak dilalaikan oleh perniagaan dan tidak (pula) oleh jual beli dari mengingat Allah.” (QS. An-Nur: 37)
Ayat ini mengingatkan bahwa seorang Muslim harus menyeimbangkan antara urusan dunia dan akhirat. Bekerja untuk mencari nafkah memang penting, namun jangan sampai melupakan shalat, zikir, dan kewajiban ibadah lainnya.
Penutup
Bekerja dalam Islam bukan hanya sekadar mencari rezeki, tetapi juga jalan menuju ridha Allah. Seorang Muslim yang bekerja dengan niat ikhlas, cara yang halal, serta menjunjung tinggi etika, akan mendapatkan pahala besar di sisi Allah. Dengan menjaga kejujuran, menghindari kezaliman, dan tetap menomorsatukan ibadah, maka pekerjaan menjadi sarana meraih keberkahan hidup.
Oleh karena itu, mari kita jadikan pekerjaan sehari-hari bukan hanya sebagai rutinitas, melainkan juga sebagai ibadah yang penuh dengan nilai spiritual. Dengan begitu, kita tidak hanya memperoleh manfaat dunia, tetapi juga tabungan pahala untuk kehidupan akhirat.
Referensi
Ghazali. A.A. (2004.). Mukhtasor Ihya’ Ulumiddin. Jakarta: Dar Al Kutub Al Islamiyah.
Al-Quran al-Karim
Penulis : Alfin Haidar Ali